Kamis, 02 Mei 2013

mastitis

MASTITIS
Mastitis berasal dari bahasa Yunani yaitu Matos yang berarti infeksi dan Itis berarti radang. Biasanya penyakit ini berlangsung secara akut, sub akut maupun kronis. Mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai perubahan patologis atau kelenjarnya sendiri.Hal tersebut diatas menyebabkan penurunan produksi susu. Perubahan fisis (susu) biasanya meliputi perubahan warna, bau, rasa, dan konsistensi.
Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara). Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional puerperalis. Kuman yang paling banyak menyebabkan mastitis adalah Staphylococcus aureus. Dua penyebab utama dari mastitis adalah stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Penyebab mastitis ini dibagi menjadi 2 yaitu mastitis infeksius dan non-infeksius. Mastitis infeksius adalah mastitis yang terjadi karena adanya kuman masuk lewat mulut bayi atau hidung saat bayi menyusu. Mastitis non-infeksius adalah mastitis karena terhentinya (statis) ASI atau karena teknik menyusui yang salah.
Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius. 


 
Patofisiologi Mastitis
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil dan sangat di pengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui.
Apabila bayi tidak menyusu dengan baik atau jika payudara tidak dikosongkan dengan sempurna, maka ASI akan tertimbun pada ductus lactiferous. Penimbunan ASI pada ductus lactiferous di payudara menyebabkan bengkak dan keras, sehingga terdapat sensasi nyeri pada ibu. Kuman (Staphylococcus aureus) ini menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Dari tingkat radang ini akan cepat menjadi abses, karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi edematous, air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah. Gejala dari abses ini, biasanya ibu akan merasakan nyeri yang sangat, kulit di atas abses mengkilap dan terjadi peningkatan suhu (390 – 400C).

Etiologi Mastitis
§  Organisme penyebab utama adalah Streptococcus aureus
§  Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis
§  Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusukan bisa terjadi mastitis
§  Putting susu yang lecet atau terluka akan memudahkan masuknya kuman menjalar ke duktus-duktus dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya mastitis
§  Ibu dengan asupan gizi yang kurang, isirahat yang kurang dan anemia, akan mempermudah terjadinya infeksi.
§  Personal hygiene yang kurang pada putting payudara
Tingkatan Mastitis
1.      Tingkat awal peradangan
Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat,hal ini dapat dikurangi dengan menyokong payudara menggunakan kain segi tiga, supaya tidak menggantung yang memberikan rasa nyeri dan disamping iu memberi antibiotika untuk mengurangi terjadinya infeksi. Peneliti mengemukakan bahwa Stafilococcus aureus yang dibiakkan 93 % resisten terhadap penisilin dan 55 % terhadap streptomisin, akan tetapi hampir tidak resisten terhadap linksin dan oksasilin. Dianjurkan pemakaian linkosin secukupnya selama 7 sampai 10 hari dan kalau ternyata alergi terhadap obat-obatan ini,diberi tetrasiklin.
2.      Tingkat abses
Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat abses. Dari tingkat radang ke abses berlansung sangat cepat karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi edematous, air susu terbendung dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah.




Penatalaksanaan
·               Menyusui tetap diteruskan, bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan sesering mungkin agar payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal.
·               Menyokong payudara dan kompres lokal, berilah kompres panas bila menggunakan sower/ lap basah pada payudara yang terkena.
·               Ubah posisi menyusui dari waktu kewaktu yaitu dengan posisi tiduran, duduk/ posisi memegang bola (foot ball position)
·               Pakailah baju dan bra yang longgar
·               Istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi
·               Perbanyak minum ± 2 liter/hari
·               Dengan cara-cara diatas biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali terjadi abses, tetapi apabila dengan cara-cara tersebut tidak ada perbaikan setelah 12 jam maka diberikan antibiotika selama 5-10 hari dan analgesic.
·                    Berikan kloksasin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari, bila diberikan sebelum terbentuknya abses biasanya keluhan akan berkurang
·               Ibu harus didorong menyusui bayinya walaupun ada pus
·               Follow up selama 3 hari setelah pemberian pengobatan
·               Pada payudara yang terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan diperlukan konsultasi pada ahli, karena membutuhkan anestesi dan insisi radial, insisi dilakukan dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI, kantung pus dipecahkan dengan tissue forceps atau jari tangan, pasang tampon dan drain, tampon dan drain diangkat setelah 24 jam


Pencegahan Mastitis
Mastitis dapat dihindari dengan istirahat yang cukup pada ibu post partum dan secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi bengkak. Menggunakan bra yang sesuai dengan ukuran payudara. Serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui. Hampir semua kasus mastitis akut dapat dihindari melalui upaya menyusui dengan benar. Kebersihan harus dipraktekkan oleh semua yang berkontak dengan bayi baru lahir dan ibu baru, juga mengurangi insiden mastitis. Tindakan pencegahan termasuk usaha yang cermat untuk menghindari kontaminasi tersebut dengan menyingkirkan individual yang diketahui atau dicuigai sebagai karir dari tempat perawatan. Mencuci tangan dengan baik adalah penting untuk mencegh terjadinya infeksi.
Cara mengatasi radang payudara
  1. Istirahat. Istirahat akan menghilangkan rasa stress dan meningkatkan kekebalan tubuh kembali
  2. Kompres payudara secara bergantan dengan kompres hangat dan dingin. Kompres dingin dapat menghilangkan rasa nyeri pada payudara dan kompres hangat dapat mengurangi peradangan.
  3. Pijat daerah yang sakit. Pemijatan dapat meningkatkan sirkulasi, mengurangi penyumbatan payudara serta membantu faktor imunitas dipayudara. Pijat payudara sambil mandi air hangat atau berendam dalam air hangat 
  4. Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang, sebab menghentikan menysui dapat menyebabkan infeksi kuman pada payudara yang dapat berlanjut menjadi abses
  5. Susuilah lebih sering pada payudara yang meradang Susuilah payudara yang meradang sampai kosong karena apabila ada yang tersisa akan lebih rentan terhadap infeki, sebaiknya harus segera menyusui bayi. Bila bayi menolak menyusu maka keluarkan dengan tangan atau dipompa. Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat setelah itu baru ganti pada payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusui 
  6. Apabila bayi anda menolak menyusu pada payudara yang meradang hal ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya jadi asin kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini tetapi ada bayi yang menolak untuk meminumnya. Apabila bayi menolak mulailah menyusui dari payudara yang sehat baru selanjutnya ke payudara yang meradang apabila peradangan terus berlanjut maka segeralah periksa ke dokter. 
     
     
    daftar pustaka
    Ambarwati, ER dan Wulandari,2008, Asuhan Kebidanan Nifas ,Nogyakarta:Mitra Cendikia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar