MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA KEHAMILAN
DENGAN IUGR DAN IUFD
Dosen Pengampu :
KUSYANTI.S.SIT
Disusun Oleh:
KOMANG AYU PRATIWI SARI
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGJAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu,
manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka
janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan
berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap
outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine
menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3)
jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan,
lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi
yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena
adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Kematian
bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal
seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah
tinggi ibu yang mengandung. Kematian
janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara
teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi
sedini mungkin.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang kelainan dalam lamanya kehamilan IUGR dan IUFD.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
Untuk menambah pengetahuan tentang kelainan dalam lamanya kehamilan IUGR dan IUFD.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Pengertian IUGR dan IUFD
b. Tanda Gejala
IUGR dan IUFD
c. Etiologi IUGR dan IUFD
d. Faktor
Predisposisi IUGR dan IUFD
e. Komplikasi IUGR dan IUFD
f.
Masalah IUGR dan IUFD
g. Penanganan IUGR dan IUFD
h. Kelahiran IUGR dan IUFD
i.
Faktor yang
mempengaruhi IUGR dan IUFD
j.
Diagnosis
k. Penatalaksanaan
l.
Pengaruh Ibu
dan Janin
C. Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian IUGR dan IUFD ?
1. Apakah pengertian IUGR dan IUFD ?
2. Apa saja tanda gejala IUGR dan IUFD ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi IUGR dan IUFD?
4. Apa faktor penyebab dari IUGR dan IUFD ?
5. Bagaimana cara penanganan IUGR dan IUFD?
6. Apa saja pengaruhnya IUGR dan IUFD ?
7.
Bagaimanakah penatalaksanaan untuk mengatasi IUGR dan IUFD ?
D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat teoritis
1. Sebagai
pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan.
b. Manfaat praktis
1.
Bagi institusi
Diharapkan
dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa
2. Bagi
mahasiswa
Diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik kehamilan disertai
penyakit pada wanita hamil.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.IUGR
1. Pengertian
Definisi menurut WHO (1969), janin
yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan
dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai denganusiakehamilannya.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan untuk jumlah bulan kehamilan.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan untuk jumlah bulan kehamilan.
2. Etiologi
a. Factor risiko dari Ibu :
a. Factor risiko dari Ibu :
·
Alkohol
·
Merokok
·
Obat obatan (Corticosteroid, propanolol, Dilantin,
Coumadin, Heroin)
·
Anemia
·
Malnutrisi
·
Berat badan Ibu Kurang dari 50 Kg,
·
penyakit Jantung Cyanotic
·
Diabetus Mellitus
b. Factor
Risiko dari bayi :
·
selama
kehamilan
·
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan
PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan
PJT.
·
Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
·
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan
kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
·
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan
janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang,
rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
·
Hemorisis (gangguan sel darah merah)
·
Kehamilan kembar multiple.
c. Faktor
Risiko dari Uterus dan Plasenta :
1. Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti ambruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta)Berkurangnya kontraksi uterus.
1. Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti ambruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta)Berkurangnya kontraksi uterus.
2. Kelainan
tali pusat .
3. Berkurangnya aliran uterus,
thrombus dalam pembuluh darah janin dari 1 arteri tali pusat.
d. Penyebab
umum
- Social ekonomi yang rendah
- Social ekonomi yang rendah
- Menikah
dini
- Jarak kelahiran pendek
- Diet tidak addekuat karena miskin dan malabsobrsi.
- Jarak kelahiran pendek
- Diet tidak addekuat karena miskin dan malabsobrsi.
3. Tanda dan Gejala
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) dicurigai
apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain
itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT.
Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.
4.Komplikasi
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan
bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan
oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih
bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya
jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan
memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi
pada janin dan ibu :
1.Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia:
- Hipoglikemi
- Aspirasi mekonium
Dic:
- Hipotermi
- Perdarahan pada paru
- Polisitemia
- Hiperviskositas sindrom
- Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak
kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat
kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang
disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.(5)
2. Ibu
- Preeklampsia
- Penyakit jantung
- Malnutrisi
5. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani
PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau
malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah
menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien
dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik
yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat
mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan
pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk
menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang
paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia
dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang
harus dilakukan adalah :
PJT pada saat dekat waktu
melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
PJT jauh sebelum waktu
melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan
kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau
pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.
6. Kewenangan Bidan
1. Episiotomi
•Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
• Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
• Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
• Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
• Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) 2, 2. eksklusif
• Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
• Penyuluhan dan konseling
• Bimbingan pada kelompok ibu hami
• Pemberian surat keterangan kematian
• Pemberian surat keterangan cuti bersalin
•Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
• Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
• Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
• Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
• Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) 2, 2. eksklusif
• Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
• Penyuluhan dan konseling
• Bimbingan pada kelompok ibu hami
• Pemberian surat keterangan kematian
• Pemberian surat keterangan cuti bersalin
B. IUFD
1.
Pengertian
a. IUFD adalah
keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada
kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar,
1998)
b. IUFD adalah
kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya
tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
2. Etiologi
a. Penyebab
IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Sifilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
h. perbedaan rhesus ibu dengan janin
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Sifilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
h. perbedaan rhesus ibu dengan janin
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek
3. Tanda dan
Gejala
1. Ibu tidak
merasakan gerakan janin
Diagnosis :
a. Nilai DJJ
Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
Diagnosis :
a. Nilai DJJ
Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
2.
Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian
janin dengan stetoskop ( Doppler).
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi.
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan :
Gerakan janinberkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian – bagian janin teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.
2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi.
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada. Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan :
Gerakan janinberkurang atau hilang. Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok Uterus tegang / kaku. Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta, gerakan janin dan DJJ tidak ada Perdarahan Nyeri perut hebat Syok Perut kembung / cairan bebas intra abdominal Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri. Bagian – bagian janin teraba. Denyut nadi bu cepat Rupture uteri. Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin. Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti. Tinggi fundus uteri berkurang. Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
4. Komplikasi
Kematian janin dalam kandungan
3-4 minggu, biasanya tidak memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka
kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar.
Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan
tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang
dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah
yang meluas menjadi Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia
(kadar fibrinogen < 100 mg%).
Kadar normal fibrinogen pada
wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat
terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah
janin mati. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu
kematian janin yang dikandungnya. Bila ketuban telah pecah, kemungkinan infeksi
meninggi.
5.Penanganan
a.Terapi
1.) Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan
memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai
motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala
kemungkinan yang ada.
2.) Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter
spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya
melakukan rujukan.
3.) Menunggu persalinan
spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996)
memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah
diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu
lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka
sering dilakukan terminasi kehamilan.
a) Pengakhiran kehamilan
jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%,
tekanan darah baik.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium,
yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan
waktu protombin.
Tindakan:
1. Kuretasi vakum
2. Kuretase tajam
3. Dilatasi dan kuretasi tajam.
2)
Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu
sampai 20 minggu.
§ Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah
pemberian pertama.
§ Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
§ Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian
tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai
maksimal 60 tetes per menit.
§ Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
3)
Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu.
§ Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah
pemberian pertama.
§ Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
§ Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit
sampai maksimal 60 tetes per menit.
§ Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
§ Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
§ Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap
tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
4) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu kehamilan.
Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah
pemberian pertama.
Pemasangan metrolisa 100 cc 12
jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif bila
dilakukan pada KPD).
Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit
sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande
multigravida sebanyak 2 labu.
Kombinasi
ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila
upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu
maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
Periksa
ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada
hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa.
Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI),
dan penggunaan alat kontrasepsi.
6.Kewenangan bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
Kewenangan
normal:
·
Pelayanan kesehatan ibu
·
Pelayanan kesehatan anak
·
Pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
·
Kewenangan dalam menjalankan
program Pemerintah
·
Kewenangan bidan yang
menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokterh1
7. Dampak
Kematian janin dalam kandungan
3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka
kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar
karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah
diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan
post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila
antara kematian janin dan persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban
pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2
minggu.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan
Mahasiswa mampu memahami teori
tentang persalinan dengan IUFD serta dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Asuhan yang diberikan meliputi pengkajian
data baik secara subyektif maupun obyektif dari data yang telah
dikumpulkan mahasiswa dapat mendiagnosa,janin tunggal, mati, intruterin.
Keadaan umum ibu dan janin cukup sesuai dengan diagnosa dilakukan antisipasi
masalah potensial dan menetapkan kebutuhan segera bila ada komplikasi.
Intervensi dan implementasi
disesuaikan dengan kondisi ibu, kemudian untuk meninjau keefektifan asuhan yang
telah diberikan mahasiswa melakukan evaluasi yang juga sebagai koreksi untuk
memberikan asuhan selanjutnya.
B.Kritik dan
Saran
• Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin
mnimal 4 kali selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada
kelainan pada janinnya.
• Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan keterampilannya untuk
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibudananak. .
• Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien
dengan profesional.
DARTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC
Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2003.IlmuKebidanan.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2003.IlmuKebidanan.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar