BENDUNGAN ASI
1. Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah
pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
puting susu (Buku Obstetri Williams). Pada versi lain bendungan air susu
diartikan sebagai pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan.
2. Pada
kepenuhan fisiologis: payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak
terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancer dengan kadang-kadang
menetes keluar secara spontan.
3. Pada
bendungan ASI: payudara yang tebendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan putting susu teregang menjadi rata. ASI tidak
mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Gejala Bendungan ASI
§ Payudara terlihat bengkak
§ Payudara terasa keras
§ Payudara terasa panas
§ Terdapat nyeri tekan
Penyebab terjadinya bendungan
ASI
1. Faktor
frekuensi menyusui
Bahwa insiden bendungan payudara dapat dikurangi
hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas. Sejumlah penelitian lainnya
mengamati bahwa bila waktu untuk menyusui dijadwal lebih sering terjadi
bendungan yang sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi(WHO, 2003).
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena
isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan ASI selanjutnya.
2. Faktor isapan bayi yang tidak aktif
Pentingnya isapan bayi yang
baik pada payudara untuk mengeluarkan ASI yang efektif. Isapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien saat ini
dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Selain itu, nyeri putting
susu akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit
dan karena itulah terbentuknya statis ASI dan bendungan ASI (WHO).
3. Faktor posisi menyusui yang tidak benar
Teknik yang salah dalam
menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa
nyeri pada saat menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI. Selain itu, banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya
pada satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain (WHO).
Teknik menyusui yang benar
adalah sebagai berikut:
a. Sebelum
menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan
areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara ibu
b. Ibu duduk
atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang
rendah (kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi
c.
Bayi
dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan)
untuk bayi :
a.
Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu
dan yang satu didepan
b. Perut bayi
menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payyudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
c. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
d. Ibu menatap
bayi dengan kasih saying
e.
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan
jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan putting susu atau areolanya
saja.
Produksi ASI yang meningkat
Ñ
Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar maka
sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari
bayi tersedak dan menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu
sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Ñ Bila tidak
dikeluarkan saat ASI terbentuk, maka volume ASI dalam payudara akan melebihi
kapasitas alveoli untuk penyimpanannya sehingga bila situasi ini tidak di
atasi, maka akan menyebabkan bendungan dan mastitis dalam waktu singkat, dan
mempengaruhi kelanjutan produksi ASI dalam jangka panjang (WHO).
Ñ Pakaian yang
ketat
BH yang
ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement. Selama masa menyusui
sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi
tidak terlalu ketat.
Ñ Putting susu terbenam
Putting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak
dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendungan ASI.
Ñ Putting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan
merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan
menimbulkan bendungan ASI.
Dampak
Bendungan ASI
Statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan tekanan
intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara, sehingga
tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh,
tegang, dan nyeri (WHO), walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kalang
payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak
disusukan secara adekuat akhinya terjadi mastitis.
Penanganan
1.
Jika ibu
menyusui
a.
nyusui, pijat
payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke
arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
b.
Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama
mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena
bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga
bisa mengeringkannya dengan efektif
c.
Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap
kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara
yang sakit tersebut
d.
Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air
hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan
air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang
mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah
puting susu
e.
Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
f.
Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral
setiap 4 jam.
2. Jika ibu
tidak menyusui
g.
Gunakan BH yang menopang
h.
Kompres dingin pada payudara utuk mengurangi bengkak
dan nyeri
i.
Berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
j.
Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada
payudara
k.
Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi
hasilnya
Terapi dan
pengobatan (Prawirohardjo, 2005):
- Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
- Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
- Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres air dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
- Gunakan BH yang menopang payudara
- Berikan paracetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka
berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara,
sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau
perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3
hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu
dikeluarkan dengan pijatan.
daftar pustaka
Ambarwati, ER dan Wulandari,2008, Asuhan Kebidanan Nifas ,Nogyakarta:Mitra Cendikia
Rusli Utami,2005,Panduan Praktis Menyusui,Jakarta,Puspa swara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar