MASTITIS
Mastitis
berasal dari bahasa Yunani yaitu Matos
yang berarti infeksi dan Itis berarti
radang. Biasanya penyakit ini berlangsung secara
akut, sub akut maupun kronis. Mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah sel
di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau
tanpa disertai perubahan patologis atau kelenjarnya sendiri.Hal tersebut diatas menyebabkan penurunan produksi susu. Perubahan fisis
(susu) biasanya meliputi perubahan warna, bau, rasa, dan konsistensi.
Pada infeksi yang berat atau tidak
diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling
sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional puerperalis. Kuman yang paling banyak menyebabkan mastitis adalah Staphylococcus aureus. Dua penyebab
utama dari mastitis adalah stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Penyebab mastitis ini dibagi menjadi 2 yaitu mastitis infeksius dan
non-infeksius. Mastitis infeksius adalah mastitis yang terjadi karena adanya
kuman masuk lewat mulut bayi atau hidung saat bayi menyusu. Mastitis
non-infeksius adalah mastitis karena terhentinya (statis) ASI atau karena
teknik menyusui yang salah.
Pada mastitis infeksius, ASI dapat
terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang
penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin)
diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.
Patofisiologi Mastitis
Sesudah bayi lahir dan plasenta
keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor
dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil dan sangat
di pengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus
kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan
refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus
dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi
menyusui.
Apabila bayi
tidak menyusu dengan baik atau jika payudara tidak dikosongkan dengan sempurna,
maka ASI akan tertimbun pada ductus lactiferous. Penimbunan ASI pada ductus
lactiferous di payudara menyebabkan bengkak dan keras, sehingga terdapat
sensasi nyeri pada ibu. Kuman (Staphylococcus aureus) ini menjalar
ke duktulus-duktulus dan sinus. Dari tingkat radang ini akan cepat menjadi
abses, karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi edematous, air susu
terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah.
Gejala dari abses ini, biasanya ibu akan merasakan nyeri yang sangat, kulit di
atas abses mengkilap dan terjadi peningkatan suhu (390 – 400C).
Etiologi Mastitis
§ Organisme
penyebab utama adalah Streptococcus aureus
§ Payudara
bengkak yang tidak disusukan secara
adekuat, akhirnya
terjadi mastitis
§ Bra yang terlalu
ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusukan bisa terjadi mastitis
§ Putting susu
yang lecet atau terluka akan
memudahkan masuknya kuman menjalar ke duktus-duktus dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya mastitis
§ Ibu dengan asupan gizi yang kurang, isirahat yang kurang dan anemia, akan mempermudah terjadinya infeksi.
§ Personal hygiene yang kurang pada putting payudara
Tingkatan
Mastitis
1.
Tingkat awal peradangan
Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita
hanya merasa nyeri setempat,hal ini dapat dikurangi dengan menyokong payudara
menggunakan kain segi tiga, supaya tidak menggantung yang memberikan rasa nyeri
dan disamping iu memberi antibiotika untuk mengurangi terjadinya infeksi.
Peneliti mengemukakan bahwa Stafilococcus aureus yang dibiakkan 93 % resisten
terhadap penisilin dan 55 % terhadap streptomisin, akan tetapi hampir tidak
resisten terhadap linksin dan oksasilin. Dianjurkan pemakaian linkosin
secukupnya selama 7 sampai 10 hari dan kalau ternyata alergi terhadap
obat-obatan ini,diberi tetrasiklin.
2.
Tingkat abses
Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat
abses. Dari tingkat radang ke abses berlansung sangat cepat karena oleh radang
duktulus-duktulus menjadi edematous, air susu terbendung dan air susu yang
terbendung itu segera bercampur dengan nanah.
Penatalaksanaan
·
Menyusui
tetap diteruskan, bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan sesering
mungkin agar payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal.
·
Menyokong
payudara dan kompres lokal, berilah kompres panas bila menggunakan sower/ lap
basah pada payudara yang terkena.
·
Ubah posisi
menyusui dari waktu kewaktu yaitu dengan posisi tiduran, duduk/ posisi memegang
bola (foot ball position)
·
Pakailah
baju dan bra yang longgar
·
Istirahat
yang cukup dan makan-makanan yang bergizi
·
Perbanyak
minum ± 2 liter/hari
·
Dengan
cara-cara diatas biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang
sekali terjadi abses, tetapi apabila dengan cara-cara tersebut tidak ada
perbaikan setelah 12 jam maka diberikan antibiotika selama 5-10 hari dan
analgesic.
·
Berikan kloksasin
500 mg setiap 6 jam selama 10 hari, bila diberikan sebelum terbentuknya abses
biasanya keluhan akan berkurang
·
Ibu harus
didorong menyusui bayinya walaupun ada pus
·
Follow up
selama 3 hari setelah pemberian pengobatan
·
Pada payudara yang terdapat masa padat, mengeras di
bawah kulit yang kemerahan diperlukan konsultasi pada ahli, karena membutuhkan
anestesi dan insisi radial, insisi
dilakukan dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong
saluran ASI, kantung pus dipecahkan dengan tissue forceps atau jari tangan,
pasang tampon dan drain, tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Pencegahan Mastitis
Mastitis dapat dihindari dengan istirahat yang cukup
pada ibu post partum dan secara teratur menyusui bayinya agar payudara
tidak menjadi bengkak. Menggunakan bra yang sesuai dengan ukuran payudara. Serta
usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan
dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui. Hampir semua kasus
mastitis akut dapat dihindari melalui upaya menyusui dengan benar. Kebersihan
harus dipraktekkan oleh semua yang berkontak dengan bayi baru lahir dan ibu
baru, juga
mengurangi insiden mastitis. Tindakan
pencegahan termasuk usaha yang cermat untuk menghindari kontaminasi
tersebut dengan menyingkirkan individual yang diketahui atau dicuigai sebagai
karir dari tempat perawatan. Mencuci
tangan dengan baik
adalah penting untuk mencegh terjadinya infeksi.
Cara
mengatasi radang payudara
- Istirahat. Istirahat akan menghilangkan rasa stress dan meningkatkan kekebalan tubuh kembali
- Kompres payudara secara bergantan dengan kompres hangat dan dingin. Kompres dingin dapat menghilangkan rasa nyeri pada payudara dan kompres hangat dapat mengurangi peradangan.
- Pijat daerah yang sakit. Pemijatan dapat meningkatkan sirkulasi, mengurangi penyumbatan payudara serta membantu faktor imunitas dipayudara. Pijat payudara sambil mandi air hangat atau berendam dalam air hangat
- Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang, sebab menghentikan menysui dapat menyebabkan infeksi kuman pada payudara yang dapat berlanjut menjadi abses
- Susuilah lebih sering pada payudara yang meradang Susuilah payudara yang meradang sampai kosong karena apabila ada yang tersisa akan lebih rentan terhadap infeki, sebaiknya harus segera menyusui bayi. Bila bayi menolak menyusu maka keluarkan dengan tangan atau dipompa. Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat setelah itu baru ganti pada payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusui
- Apabila bayi anda menolak menyusu pada payudara
yang meradang hal ini dapat disebabkan karena peradangan kelenjar susu
meningkatkan kadar sodium (garam) pada ASI sehingga rasanya jadi asin
kebanyakan bayi tidak menyadari rasa asin ini tetapi ada bayi yang menolak
untuk meminumnya. Apabila bayi menolak mulailah menyusui dari payudara
yang sehat baru selanjutnya ke payudara yang meradang apabila peradangan
terus berlanjut maka segeralah periksa ke dokter. daftar pustakaAmbarwati, ER dan Wulandari,2008, Asuhan Kebidanan Nifas ,Nogyakarta:Mitra Cendikia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar