Kamis, 02 Mei 2013

pengertian spillis



A.  Pengertian sifilis


Sifilis (syphilis) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini sering disebut “peniru besar” karena begitu banyak tanda dan gejalanya yang tidak bisa dibedakan dari penyakit lain.
Banyak orang terinfeksi sifilis tidak memiliki gejala selama bertahun-tahun, namun tetap berisiko komplikasi jika tidak dirawat. Tahap primer sifilis biasanya ditandai dengan munculnya luka tunggal (disebut cangker), tapi mungkin ada beberapa luka. Waktu inkubasi sifilis adalah 10 sampai 90 hari (rata-rata 21 hari). Luka biasanya tegas, bulat, kecil, dan tidak sakit. Luka berlangsung 3 sampai 6 minggu, dan sembuh tanpa pengobatan. Namun, jika perawatan tidak memadai, infeksi berlangsung ke tahap sekunder.
Tahap sekunder sifilis ditandai oleh ruam kulit dan lesi selaput lendir pada satu atau lebih area tubuh. Ruam biasanya tidak menyebabkan gatal. Ruam terkait dengan sifilis terjadi beberapa minggu setelah cangker telah sembuh. Ruam mungkin muncul sebagai bintik-bintik kasar, merah, atau coklat kemerahan di telapak tangan dan bagian bawah kaki. Namun, ruam dengan penampilan yang berbeda dapat terjadi pada bagian lain dari tubuh. Selain ruam, gejala sifilis sekunder mungkin termasuk demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, rambut rontok tambal sulam, sakit kepala, penurunan berat badan, nyeri otot, dan kelelahan. Tanda-tanda dan gejala sifilis sekunder hilang dengan atau tanpa pengobatan. Namun, tanpa pengobatan, infeksi akan maju ke tahap laten dan mungkin tahap akhir penyakit.
Pada tahap laten (tersembunyi), tidak ada gejala luar, namun penyakit dapat merusak organ dalam, termasuk otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi. Tanda dan gejala tahap akhir sifilis termasuk kesulitan koordinasi gerakan otot, kelumpuhan, mati rasa, kebutaan bertahap, dan demensia. Kerusakan ini mungkin cukup serius untuk menyebabkan kematian.

B.    GEJALA KLINIS PENYAKIT SPILIS
1.       Menurut hasil pemeriksaan histopatologis, perjalanan penyakit sífilis merupakan penyakit pembuluh darah dari awal hingga akhir. Dasar perubahan patologis sífilis adalah inviltrat perivaskular yang terdiri atas limfosit dan plasma sel.
2.       Periode inkubasi sifilis biasanya 3 minggu. Fase sifilis primer ditandai dengan munculnya tanda klinis yang pertama yang umumnya berupa tukak baik tunggal maupun multipel. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami erosi, teraba keras dan terdapat indurasi. Permukaan dapat tertutup krusta dan terjadi ulserasi. Bagian yang mengelilingi lesi meninggi dan keras. Pada pria biasanya disertai dengan pembesaran kelenjar limfe inguinal media baik unilateral maupun bilateral
3.       Sepertiga dari kasus yang tidak diobati mengalami stadium generalisata, stadium dua, dimana muncul erupsi di kulit yang kadang disertai dengan gejala konstitusional tubuh. Timbul ruam makulo papuler bisanya pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfadenopati. Erupsi sekunder ini merupakan gejala klasik dari sifilis yang akan menghilang secara spontan dalam beberapa minggu atau sampai dua belas bulan kemudian. Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput lendir dan organ tubuh dan dapat disertai demam dan malaise.
4.       Lesi pada sifilis stadium dua bisa muncul berulang dengan frekuensi menurun 4 tahun setelah infeksi. Namun penularan jarang sekali terjadi satu tahun setelah infeksi. Dengan demikian di AS penderita sifilis dianggap tidak menular lagi setahun setelah infeksi. Transmisi sifilis dari ibu kepada janin kemungkinan terjadi pada ibu yang menderita sifilis stadium awal namun infeksi dapat saja berlangsung selama stadium laten.
5.       Stadium awal sifilis jarang sekali menimbulkan kematian atau disabilitas yang serius, sedangkan stadium lanjut sifilis memperpendek umur, menurunkan kesehatan dan menurunkan produktivitas dan efisiensi kerja. Mereka yang terinfeksi sifilis dan pada saat yang sama juga terkena infeksi HIV cenderung akan menderita sifilis SSP. Oleh karena itu setiap saat ada penderita HIV dengan gejala SSP harus dipikirkan kemungkinan yang bersangkutan menderita neurosifilis (neurolues).
6.       Infeksi pada janin terjadi pada ibu yang menderita sifilis stadium awal pada saat mengandung bayinya dan ini sering sekali terjadi sedangkan frekuensinya makin jarang pada ibu yang menderita stadium lanjut sifilis pada saat mengandung bayinya. Infeksi pada janin dapat berakibat terjadi aborsi, stillbirth atau kematian bayi karena lahir prematur atau lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau mati karena menderita penyakit sistemik.
7.       Bayi yang menderita sifilis mempunyai lesi mukokutaneus basah yang muncul lebih menyebar dibagian tubuh lain dibandingkan dengan penderita sifilis dewasa. Lesi basah ini merupakan sumber infeksi yang sangat potensial.
 
C.   Pemeriksaan Penyakit sifilis
Beberapa pemeriksaan terhadap sifilis dapat dilakukan dengan berbagai cara:
  1. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field) dengan bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi. Ruam sifilis primer dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum diperoleh dari bagian dasar atau dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan keluar. Kemudian serum diperiksa pada lapangan gelap untuk melihat ada tidaknya T.pallidum berbentuk ramping, dengan gerakan lambat dan angulasi. Bahan apusan lesi dapat pula diperiksa dengan metode mikroskop fluoresensi, namun pemeriksaan ini memberikan hasil yang kurang dapat dipercaya sehingga pemeriksaan dark field lebih umum dilaksanakan. 
  2. Penentuan antibodi di dalam serum yang timbul akibat infeksi T.pallidum. Tes yang dilakukan sehari-hari dapat menunjukkan reaksi IgM dan juga IgG tetapi tidak dapat menunjukkan antibodi spesifik adalah tes Wasserman, tes Kahn, tes VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory), tes RPR (Rapid Plasma Reagin) dan tes Automated Reagin. Tes-tes tersebut merupakan tes standar untuk sifilis dan memiliki spesifisitas rendah sebab dapat menunjukkan hasil positif semu. Sedangkan tes RPCF ( Reiter Protein Complement Fixation) merupakan tes yang dapat menunjukkan kelompok antibodi spesifik. Tes dengan spesifitas tinggi dan dapat menentukan antibodi spesifik sifilis ini adalah tes TPI, tes FTA-ABS, tes TPHA dan tes Elisa (Hutapea, 2009).
Menurut Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual Depkes RI tahun 2006, diagnosa sifilis dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan serologis terhadap darah dan likuor serebrospinalis. Universitas Sumatera Utara
D.   Komplikasi Penyakit sifilis         
Penyakit sifilis stadium lanjut yang dapat menyebakan neurosifilis, sifilis kardiovaskuler, dan sifilis benigna lanjut dapat menyebabkan kematian bila menyerang otak.
E.   Penyebab penyakit : Treponema pallidum, subspesies pallidum, termasuk spirocheta.
Dafar pustaka: catatan kulyahku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar